Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

AKSARA PUISI

Gambar
AKU Oleh: GUS ROS Perlukah aku mencongkel bola mata? Menggantinya dengan bola salju Mengganti warna kulit dengan kertas koran yang berserakan Jika semesta butuh topeng, baru izinkan aku  Aku beringkarnasi menjadi nelayan yang dengan leluasa mengubah haluan perahu Bolehkah aku menggali sumur?  Jika diamini, aku jadi PKI Akan kutebas leher-leher Idiologi politisi Tau kau, siapa aku? Aku muso? Kosong kepalamu Aku ayat Tuhan yang berserakan Menjelma menjadi  bambu runcing yang  akan menusuk roh-roh di dada                                   Pamekasan, 25-01-2021

AKSARA PUISI

Gambar
 - AKU - Oleh: Gus Ros Aku adalah debu Aku adalah ambigu Aku adalah bisu Siapa aku? Aku pun tak tahu Tahuku hanya kamu Aku adalah kamu, meskipun kamu bukan aku bagimu Cukup aku diam membisu Biarlah mata air dan air matamu meronta bersama awan kelabu Jika diam adalah sastra maka kamulah esensinya. Tamberu, 07 Januari 202 1

PAYUDAN BERKARYA

Gambar
Ambisi VS Tradisi Oleh: Suntari Sepatutnya, wanita harus ambil peran atau menyaksikan pemeran? Perempuan bisa dalam berbagai peran Kenapa saya dengan lantang menyuarakan hal itu, karena memang pada hakikatnya wanita juga mampu melakukan berbagai hal yang bahkan dianggap nihil oleh orang Hanya saja kita terlalu terpaku dengan omongan mereka Tidak sedikit dari perempuan yang mencemaskan kemampuannya Berpegang pada estetika tradisi dalam lingkungannya Bahkan menganggap lemah dirinya Seakan-akan titik keberhasilan wanita akan memberikan sudut pandang negatif Memilih bangkit terkadang terlihat ambisius Mencapainya menjadi sangat nihil Padahal kita butuh yakin dan serius Cemoohan menjadi kendala terbesar dalam sebuah proses  Suksenya pun akan mendapat celah Sampai pada titik terjenuh perjuangannya, dan di saat itulah kita bisa merasakan manis pahit sebuah proses  Maka dari itu, solusi terbesarnya adalah dengan tetap menutup kuping pada siapa pun yang menjatuhkan dan memegang erat pada mereka

CERPEN

Gambar
SETELAH MEREKA PERGI Oleh: Khozaimatun Kinanah Ditinggalkan orang yang sangat dicintai  menjadi luka yang amat membekas dalam diri Zara. Kebahagiaan yang sempat bertandang seakan direbut paksa oleh takdir. Untuk kesekian kalinya, air mata Zara merembes, membasahi pipi putihnya. Ya, Zara kehilangan sosok itu, ayah dan Ibunya. Dua sosok yang menjadi sumber kebahagian dan semangat Zara dalam melakukan setiap hal. Mereka meninggal di waktu sama, akibat kecelakaan beruntun yang terjadi di jalan raya. Senyum merekah milik Zara seketika redup, seolah ia tak punya alasan lagi untuk bertahan dalam kerasnya kehidupan ini.  Zara adalah seorang gadis yang masih berumur 12 tahun. Seseorang yang baru mulai mengerti betapa berartinya orang-orang terdekatnya, bahkan ia belum sempat bercerita kepada orang tuanya tentang kesan pertamanya saat menginjakkan kaki di bangku SMP. Untuk kedepannya Zara akan sering berpura-pura. Pura-pura lupa bahwa ia tersiksa atas takdir yang tidak mengizinkannya untuk lebih

AKSARA PUISI

Gambar
TUAN DAN PUAN Oleh: Gus Ros Tuan dan puan kami di sini! Ia di sini Kenapa kau memalingkan wajah? Seolah-olah kau tak tahu kami di sini berdiri untuk negeri Kami siapkan diri untuk membela di kala pertiwi terluka Malah kau anggap kami sekutu Belanda "Hai pemuda, kau ini teroris yg tak berjiwa nasionalis" katamu Wahai tuan dan puan haruskah kami ajarkan kembali sejarah berdirinya NKRI Tuan dan puan, katamau NKRI harga mati Kenyataanya engkau  hidup kami yang mati Kami tidak ingin merebut kursi Tak ada teori konspirasi bagi kami Kami tak akan merampas kekuasaan Yang kami inginkan hanya kesejahteraan Wahai tuan dan puan, kau pasti paham apa yang kami inginkan Kami sudah bosan bercumbu dengan kemiskinan             Pamekasan, 02 Januari 2021

AKSARA PUISI

Gambar
      KUTITIPAKAN        NAMA   Oleh: Hanifur Rabbani Kutitipkan nama Kemudian berjanji, bersumpah, mengagumi! Apakah kau merasa aku melihatmu? Apakah  merasakan bagaimana aku melihat hatimu? Apakah  merasakan aku di dalam dirimu? Bagaimana semua itu terjadi? Antariksa kalismu mengajarkan tanpa menjadi morfinis Ayat-ayatmu mengenalkan pada hal Jais Menemukan rahasiamu adalah pengalaman estetis yang perlu penyatuan diri, mengelaborasi kebenaran Tuhan tak pernah mungkir janji Janji tuhan sudah tajalli  Bagaimana sumpahmu mengimani? Maka apa yang dikhawatirkan lagi? Bagaimana kau hidup sedang manusia terlahir dengan ketuahan Bersisa kesombongan yang berlebihan Berdalih semaunya tanpa koreksi dan introspeksi Bagaimana sikapmu mengagumi? Maka sesungguhnya, kau pun jarang bermadah pada-Nya Memilih untuk menyanjung-nyanjung si wanita jelita sebaya Mengharapkan cinta dan kasih sayangnya semata Kau pun terlalu menyibuk urusan dunia  Menyalahi aturan-aturan beragama Sama sekali tidak kau ingat b

AKSARA PUISI

Gambar
     PAYUDAN DALAM       INGATAN  Oleh: Gus Ros Pagi buta aku pergi ke kota Melewati jalan yang tak tahu arahnya Di sana kudengar burung berkicau  Membuatku bising dan kacau  Aku pergi bukan untuk kembali Jangan harap ma..., kedatanganku nanti Keroncongan perutku sampai ke kota Ah..., ternyata yang kutemukan bukan pengganjal tapi hanya sampah dan lumuran darah Aku ternoda oleh limbah tak ada tempat untuk menyucikan diri Malang nasibku... Aku tak menemukan apa-apa  Yang kutemukan hanya gunung gunung yang selalu menggoda  Ya, gunung itu saja yang ada Aku punya gunung di desa walaupun sebenarnya bukit  Di kota, gunung hanya sarangnya penyakit  Di desaku gunung memberikan kesembuhan di kala aku sakit  Payudan, namanya!!! Aku berlari ke kota mencari surga  Nyatanya surgaku di desa Darimu Payudan kudibesarkan Dahagaku kau hilangkan  Laparku kau hilangkan  Payudan, kau dalam ingatan

PAYUDAN BERKARYA

Gambar
PEMUDA: Pisau Bermata Dua Oleh: M. Nasirudin, S.T. Masa depan anak muda ditentukan oleh masanya ketika muda. Karakter maupun profesi di masa depannya dibentuk dan dikembangkan ketika masih muda. Dengan banyak sekali keunggulannya, diantaranya semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, pemuda seringkali bertindak atau membuat keputusan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya di masa depan. Padahal, sedikit atau bahkan banyak keputusannya di masa muda berpengaruh pada karakter ataupun profesinya di masa depan. Misal, pilihannya untuk sekolah di SMP swasta atau negeri akan sedikit banyak memengaruhi pilihan sekolah berikutnya, SMA.  Jurusan yang ia pilih ketika SMA, IPA ataupun IPS, akan sedikit atau bahkan banyak memengaruhi jurusan kuliahnya. Lebih lanjut mengenai potensi ini, pemuda saat ini dihadapkan pada perkembangan zaman yang luar biasa, revolusi industri 4.0. menuntut pemuda saat ini bisa beradaptasi dengan teknologi. Dengan berbekal ilmu dan potensi semangat serta rasa ingin tahu y

PROSA

Gambar
TENTUKAN DEFINISI CANTIK TERBAIKMU! Oleh: Suntari Kekayaan ekspresi punya pesonanya sendiri, begitupun dengan cantik. Perempuan ingin tampil cantik tak ada yang salah dengan itu, yang penting jangan mau didikte oleh ukuran cantik yang dibuat orang lain. Cantik tidak selalu fisik, lahirkan  keunikan sebagai ciri khas cantikmu. Keunikan yang menghadirkan sorot  pandang insan tanpa kau undang. Berikan kealamiahan standar cantik tanpa berdalih ilusi agamis.  Cantik dari segala sisi perbaikan diri menuju fitrah.  Dan cantik yang menuntun manusia menuju ibrah. Buatlah tolak ukur mereka terpacu pada hakikat cantik yang sebenarnya.  Standar kecantikan yang tidak menuntut manusia meninggalkan kemanusiaannya.  

ASKARA PUISI

Gambar
  Di Tengah Gersangnya Surya Oleh: @fhrrozi Di tengah gersangnya surya Kucucurkan sejermuh rasa sesat itu Aku... Siapa aku? Hanya sebatang kelon yang kecil dan rancu Di tepi gersangnya surya Aku merasakan... Aku meraba... Aku melihat dengan 2 panca emasku Aku merasa dengan daya duniaku Pada Tuhan Yang Esa Pada Tuhan Yang Kekal Aku titipkan Namaku  Gerimis seakan bercocoran api itu Di tepi gersangnya surya Bawa aku ke alam-Mu Bawa aku ke dalam-Wujudmu Tidak.... Siapa aku? Hanyalah sebatang pohon yang mati dedaunnya  Rombakan pasir menyelimuti seluruh anganku Oh... Surya Bawalah aku mati bersama  Angan sesatku Yang tak pantas tidur bersama tanah dan bersua dengan dunia Alam Desahku 01 Januari 2020

AKSARA PUISI

Gambar
  PIJAKAN MAKRIFAT Oleh: Khozaimatun Kinanah