KEBUTUHAN

 ISLAMI, MANUSIA

 KINI DAN NANTI

Oleh: Cak Han's


Manusia adalah mahluk sosial. Dalam kehidupan sehari-harinya tidak akan pernah terlepas interaksi sesama manusianya. Interaksi sosial itu dibangun untuk mewujudkan vested interest (kepentingan yang tertanama). Entah hal tersebut akan diterima oleh orang lain atau hanya sekadar ingin memperoleh sejumlah keuntungan materiil. Hal itu sah-sah saja karena manusia ingin mendapatkan sesuatu, itulah yang mendorongnya untuk beraktivitas.


Adam Smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nation menuliskan "kita bisa makan bukan karena kebaikan si tukang roti, tukang daging, atau tukang minuman, melainkan karena sifat mementingkan diri sendiri di dalam di dalam diri mereka. Kita bukan mengharap cinta mereka terhadap orang lain, melainkan cinta mereka pada dirinya.“ Jika dicermati sebenarnya disebabkan kebutuhan perut manusialah yang membuat orang membual. Mengapa demikian? Perut terisi, mata mengantuk, lalu datang bualan pengantar tidur. Atau perut kosong, pikiran menghayal, lalu datang ramalan untuk mencari sensasi maka hal tersebut perlu juga kiranya diantisipasi dengan mengisi perut dengan makanan dan minuman yang halal, karena makanan yang kita konsumsi akan mengalir dan mendarah daging di dalam tubuh dan juga berpengaruh pada pola pikir manusia. 


Sejarah tempo dulu menceritakan bahwa ada dua prinsip kalau dilanggar kita akan mengalami kebangkrutan. Dua prinsip tersebut adalah “kebebasan” dan “kebutuhan”. Kita akan beristighfar jika membaca teori kebutuhannya Karl Marx. Teorinya adalah "Three Satisfictions." Dijelaskan bahwa manusia hanya memiliki tiga kebutuhan saja, yaitu; Sandang pangan, papan, dan kebutuhan seks. Kemudian agama tidak dimasukkan dalam teori tersebut dikarenakan bagi Karl Marx agama adalah “The Opium of People" (Candu bagi masyarakat). Namun Abraham Maslow mengkhotbahkan teorinya juga yang berdasarkan pada kebutuhan manusia yaitu “Five Statisfictions” (Lima kebutuhan). Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan Ego, dan kebutuhan realisasi diri (self actualisationsself).  Kedua turunan Adam ini yang berdarah yahudi enggan memasukkan agama dalam daftar kebutuhan manusia. Apakah mereka berdua sengaja melakukan ekspansi ateis kepada komunitas manusia di dunia atau mereka berdua secara jujur merasa tidak perlu mencantumkan agama sebagai kebutuhan manusia? Perkiraan kedua yahudi ini tampaknya telah menjadi kenyataan pada sebagian besar umat manusia. Ada generasi penerus yang mereka wariskan dan berlanjut sampai ke anak cucu di zaman ini dan akan datang. Siapakah mereka? Jawabannya adalah siapa saja yang tidak menjadikan agamanya sebagai kebutuhan dasar (basic needsbasic). 


Konsep islam tentang kebutuhan manusia sangatlah sederhana. Di dalam islam sudah diajarkan empat istilah yaitu: halal, baik, haram, dan  mubazzir. Halal dan baik mengacu pada semua kebutuhan hidup yang dipakai dan di makan harus dibenarkan oleh agama dan akal sehat manusia. Sedangkan haram dan mubazzir mengacu pada semua pendapatan hidup dan pemakaiannya yang tidak dibenarkan oleh agama maupun akal sehat manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT  “Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya." (Q.S Abasa:24). Ayat ini sebenarnya mengajari kita agar memerhatikan soal makanan dan menjatuhkan pilihan kita pada makanan yang halal dan baik. Menjadikan makanan yang halal dan baik itu sebagai kesukaan kita, meskipun masih banyak makanan yang haram di depan kita. Itulah perbedaan kita yang beragama dengan mereka yang tidak beragama.


Pada intinya, kebutuhan manusia menurut islam mempunyai maksud-maksud yang baik bagi kehidupan manusia. Kewajibam kita tidak lain dan tidak bukan untuk mengajak manusia mentaati perintah agama sebagai konsekuensi logis dari pengakuan manusia terhadap agama, mengajarkan manusia untuk hidup mengenal hal-hal baik dan buruk serta menjatuhkan pilihan terhadap hal-hal yang baik saja. Seharusnya pula, mendidik manusia untuk berperilaku baik dan sehat dengan menghindarkan diri dari masukan-masukan yang haram dan mubazzir dan menyadarkan manusia bahwa akan ada pertanggung jawaban dari segala nikmat yang diperoleh dari Allah SWT serta melatih manusia untuk hidup secara jujur, disiplin dan patuh terhadap peraturan yang benar. Bilamana manusia sudah benar-benar melakukan hal tersebut dengan baik, ia akan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bijaksana dan sempurna yang diberikan langsung oleh Allah SWT. Sekali lagi disampaiakan bahwa hal yang perlu diperhatikan berdasarkan kebutuhan islami manusia adalah sandang, pangan, papan, dan beragama secara benar serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Wallahualam

Komentar

Postingan populer dari blog ini